Rabu, 04 Agustus 2021

Buku Seperti Apakah Aku

Pada akhirnya kita hanyalah penghuni ingatan dari orang-orang yang pernah hadir di hidup kita. 
Mengisi setiap ruang, layaknya sekumpulan buku dan rak bersekat. 
Ada buku sebagai penghibur untuk menghabiskan waktu luang. 
Ada buku yang begitu berharga. 
Bahkan, ada buku yang belum sempat terbaca. 
Kita tidak bisa memilih, 
Akan jadi buku seperti apa bagi orang-orang yang kita temui dalam episode hidup kali ini.
Kita seringkali merasa terabai. 
Bagai menjadi buku kosong tanpa arti. 
Bukan semata-mata salah tempat.
Hanya sedang mencari untuk berada di tangan yang tepat. 
Karena disitulah kita akan selalu menjadi berharga. 

Minggu, 01 Agustus 2021

Welcome August

Hujan turun kali ini menutup malam terakhir di bulan juli, 
Membasahi lorong jalanan seakan menghapus jejak apa yang perlu ditinggalkan. 
Aroma hujan yang mengingatkan akan banyak kenangan yang sudah dilalui di bulan ini, 
satu persatu di putar kembali , 
menentukan cuplikan memori yang harus dibawa atau biarkan tinggal dalam ruang hawa. 
Bagaimana dengan bulan agustus? Atau bulan bulan selanjutnya?
Entahlah, tidak ada yang tahu apa yang terjadi esok hari, 
Tapi mungkin, 
Hujan kali ini bukan sekedar membasuh hari.
Namun membawa arti, ada harapan dan mimpi ,
yang bisa kita  nanti, 
Esok hari.. 

Jumat, 19 Februari 2021

Hujan Rindu

Rasanya seperti terhempas kedalam jurang
Merasakan sendiri dalam rindu yang tak kunjung reda
Seperti hujan deras menghujam jalanan tanpa henti
Tanpa tau kapan mereda. 
Seandainya aku bisa berbagi
Tak akan lelah aku memeluk diriku sendiri
Hampir mati dihujani rindu dalam sepi. 
Aku bukan bodoh
Tapi aku terlanjur bahagia menyelam dalam palung cinta
Dan aku memilih untuk tetap menunggu berbagi rindu hanya dengan kamu. 

Kamis, 31 Desember 2020

10 wishes untuk tahun baru

Wishes aku di tahun 2021 
1. Kesehatan dan keselamatan untuk aku dan keluarga aku
2. Pekerjaan baru yang sesuai dengan kemampuan aku, dan sifatnya tetap untuk masa depan
3. Rumah baru yang nyaman untuk aku tinggali dengan keluarga kecilku
4. Berubah yang lebih baik sebagai istri, ibu, dan anak. Dimana lebih sabar, kesadaran luas, berpikir positif, rendah hati, engga iri hati, engga egois, dan perhatian sama keluarga, dan mengurangi hobi marah2 sama anak
5. beli mobil baru
6. Jalan jalan ke bali  sama keluarga
7. Jalan jalan menjelajah ke tempat wisata yang belum pernah sama keluarga
8. Saldo rekening 9 digit lebih
9. Camping di pegunungan
10. Akhir tahun bisa keluar negri bareng kluarga 

Selasa, 29 September 2020

Daratan dalam lautan

Dia hanya seorang gadis kecil yang menangis di sudut ruang hampa, 
Dia takut kehilangan kawan 
Tapi lebih takut tak ada lawan
Menangis bukan karena bimbang
Tapi takut menyesal karena bermimpi terlalu besar
Bukan takut berangan angan
Tapi takut bercermin untuk melihat siapa rupa yang ada disana
Terisak, takut sendirian diantara keramaian
Terlalu ramai untuk menemukan ceceran bayangannya. 
Dia hanya seorang gadis kecil yang menangis dengan menyelam di lautan dalam, 
Mengais udara dilembaran air 
Sekalipun tak mungkin. 
Gadis dewasa menarik gadis kecil, 
Agar jangan sampai tenggelam dalam hamparan bilik tanpa musim
Menyeka air matanya
Menjadi lentera dalam ruang sepi yang teruruk
Gadis dewasa mengkaitkan lengannya,
Gadis kecil berteduh dibawahnya, memeluknya dari hujan ragu yang menyusut
Berjalan menguasai lautan ketakutan, biarkan surut
dan tak ada lagi kesendirian 
Lalu mereka selamanya menguatkan. 





Selasa, 23 Juni 2020

new world

Tahun 2020 ini tahun yang mengejutkan untuk banyak umat manusia. Sebagian berpikir bahwa tahun 2020 tak secantik angkanya. 
Sebagian besar lagi menyebut bahwa tahun 2020 adalah tahun new earth, new world, new normal.
Aku setuju dengan semua pendapat itu. Untuk sebagian orang tahun ini tahun sulit, ada pula yang menganggap bahwa tahun ini tahun rejeki untuk orang tertentu. 
Aku menjadi berpikir ternyata tahun kemarin adalah tahun normal terakhir yang aku lalui. 
Kuakui tahun ini terasa sedikit sulit dan banyak tantangan, tahun dimana kali pertamanya tersadar akan berjuang untuk hidup dengan banyak sekali resiko. Diawali dengan resiko wabah, tapi disisi lain keluarga harus tetap menjalani hidup tanpa kekurangan. Mungkin bisa jadi ini adalah tantangan permulaan.
Banyak sekali sisi dalam pikiranku mengenai tahun ini, bagaimana aku sangat bersyukur karena aku sudah pernah diberi kesempatan untuk berpetualang ditahun kemarin, mendapat banyak pengalaman dan pengetahuan, dan tahun 2020 hadir dengan segala sesuatu yang baru dan mengejutkan.
Dan aku sangat bersyukur karena dengan keadaan kali ini aku belajar untuk sabar, belajar berserah pada Tuhan, dan menerima diriku dan apa yang terjadi dalam hidupku. Menikmati disetiap detiknya waktu dengan keluargaku.
Apapun yang terjadi hari esok aku berharap semua akan baik adanya.
Belajar untuk selalu menjadi baik disetiap harinya.
Mungkin sebagian orang menyesal tentang belum sepenuhnya melakukan yang terbaik tahun lalu, karena pada kenyataannya tahun ini begitu terbatas.
Akupun juga sama begitu, banyak penyesalan karena banyak mimpi yang belum dicapai kemarin kemarin.
Tapi menyesal hanya membuang waktu yang ada didepan untuk dijalani. Masa lalu biar milik masa lalu, entah sudah menjalani baik atau buruk, mau tidak mau, suka tidak suka, masa lalu sudah menjadi bagian dari cerita hidup, kita tidak bisa memilih hanya masa lalu yang indah yang berhak untuk diingat. Baik atau buruk akan selamanya menjadi kenangan, menjadi bagian dari kehidupan, jadi masa lalu tidak perlu lagi dijadikan alasan untuk jalan ditempat atau sebuah batu sandungan untuk hari ini dan masa depan. Karena semua orang berhak untuk menjadi lebih baik apapun masa lalunya.
Karena setelah ini ada dunia baru yang harus dijalani. Mungkin akan banyak mimpi yang akan berubah, atau mungkin bertambah. Kita semua sama, kita manusia, dan semua berhak untuk berusaha untuk bisa mencapai mimpi yang baik adanya.
Ditahun ini sebelum aku mencapai semua mimpi itu, aku ingin berusaha untuk menjadi baik disetiap harinya. Tidak mudah memang, pada kenyataannya banyak faktor yang mempengaruhi suasana hati. 
Ego, emosi, itu sudah menjadi bagian dari manusia. Berusahalah untuk mengendalikan diri kita sendiri, mencintai diri kita sendiri, menghargai diri kita sendiri, menerima kita sendiri, membuat diri kita sebagai prioritas. Membuat suatu keputusan yang terbaik untuk diri kita, saatnya kita memahami diri kita, bukan saatnya lagi berada dalam lingkaran racun, karena orang yang pertama harus kita sayangi adalah diri kita sendiri. Mungkin itu terdengar egois, tapi tidak juga. itu caranya kita menjaga "diri" Kita sendiri, terlebih di "kehidupan baru" Tahun ini dan tahun selanjutnya. 
Semua akan berubah pada waktunya, yang terpenting adalah berusahalah berubah menjadi lebih baik. 
Karena dari situlah akan menemukan makna dari kehidupan. Perluas kesadaran, bahwa hidup bukan hanya tentang dirimu saja. 
Semoga semua makhluk berbahagia. 


Minggu, 31 Mei 2020

reminder

Kalau bukan diri sendiri yang memutuskan untuk bahagia, siapa lagi?
Bahagia itu bukan ditangan orang lain, bahagia ya dari diri sendiri. Mau ngapain diri kita, mau kemana diri kita,  kita yang memutuskan.
Ngga perlu bersusah susah minta pengertian dari orang lain. jangankan kita, kadangkala mereka minta pengertian dari kita pun kita ga bisa beri. Tapi kita saja yang tak sadar diri. 
Ngga perlu merasa diri kita yang paling kasihan di dunia ini, bersyukur saja sudah diberi kesempatan menjadi manusia di dunia ini.
Namanya juga hidup, pasti butuh perjuangan lah, kalau ngga mau berjuang ya ngga akan jadi manusia. 
Asal memperjuangkan sesuatu yang baik. 
Manusia punya sisi baik, punya sisi buruk, tinggal mau memberi makan sisi baik atau sisi buruk, yang banyak makanlah yang menjadi kuat lalu menang.
Jangan merasa paling sudah merasa berbuat baik dan merasa berhak mendapatkan piala emas. Belum ada cerita menanam benih , dalam semalam kemudian menjadi pohon tinggi dengan buah yang lebat, kecuali dongeng tentang jack dan kacang polong. 
Kehidupan tidak berhenti saat ini saja. Setitik kebaikan dan setitik kesedihan tak perlu menggebu2 merasa paling menjadi orang tersedih dan paling banyak melakukan kebaikan di dunia ini. 
Dunia itu luas , semesta lebih luas lagi. hidup ini bukan hanya soal manusia saja. seakan akan yang terpenting dari semesta ini adalah urusan manusia, yang perlu diselamatkan dan dibahagiakan hanyalah manusia. Itu terlalu egois namanya. 
Manusia hanya setitik dari luasnya semesta, mungkin lebih kecil dari sebuah titik.
Lalu masih mau berpikir untuk bisa menaklukkan dan menguasai semesta?
Hey, manusia hanya manusia. 







Senin, 20 April 2020

Aruna dan dunia kerlap kerlip

2030
Ketika langit mulai berubah, warna jingga bergelut dengan intimnya dan merona. Aruna Dalarai duduk meringkuk di atap rumah lantai dua depan jendela kamar. Matanya jernih dan menatap tajam kedepan, meskipun pikirannya menembus dimensi masa lalu. Dirumah kayu geometris mewah milik ayahnya yang terletak di ujung kota. Saat Itu usianya 18 tahun, dan disitulah awal dari semuanya. 

"Mahiya, perempuan berusia 29 tahun, tingginya kira kira 158cm dilihat dari ukuran ketika ia berdiri di pintu rumahku dengan tinggi 2 meter. 
Rambutnya hitam ,tebal, lurus, dan panjang melewati bahu. Ia memiliki mata sedikit lebar, dengan lensa mata bewarna abu abu. Kulitnya putih, dan lekuk tubuhnya menyerupai jam pasir. Mahiya adalah perempuan keturunan celtic. 
Mahiya adalah pembantu rumah tangga orang tuaku, dia datang satu hari setelah ulang tahunku yang ke 18, menggantikan bibi penny yang memutuskan berhenti ,setelah mengabdi lama sejak ayahku masih sekolah.
Awalnya semua baik baik saja, semua berjalan seperti biasanya. Aku bangun pagi, ibu dan ayahku sudah siap di meja makan untuk bersama sama sarapan, dan mahiya juga menggantikan tugas bibi penny untuk memasak dan menyiapkan makanan di meja. Ayahku selalu disiplin soal waktu. Tepat pukul 6.30 pagi makan pagi sudah harus siap. Aku, dan ibuku sudah harus rapi berada di meja makan. 
Saat itu aku masih dirumah mempersiapkan segala keperluan untuk aku melanjutkan kuliahku di luar kota, sedangkan ibuku harus sudah berangkat bekerja. Dia bekerja sebagai pegawai sipil di kota, dan ayahku menjalankan usahanya dirumah. Dia berbisnis kayu, biasanya para pemborong yang datang kerumah soal itu.
Di sudut ruang keluarga ada piano, disana biasa ayahku memainkan jarinya dengan elegan dan mengajariku untuk bisa menguasai piano dan menjadi lebih hebat dari dia. Di sebelah piano, ayahku menaruh kursi sofa dan kursi kayu jati berjejer, jika dilihat itu terlihat sangat tidak cocok, tapi ayahku berkata biarkan itu berbaur untuk mencoba menjadi perhatian dalam ilmu seni. Saat dirumah biasanya aku lebih suka berada di kamarku, menonton tv, menonton film, membaca buku, semua kulakukan di kamarku. 
Tapi saat itu aku merasa bosan, karena sudah 3 minggu sekolahku selesai dan lama aku tidak bertemu dengan teman-temanku. Aku keluar dari kamarku, ingin mencari udara segar di ruang keluarga, atau mungkin di halaman depan rumah, melihat bunga bunga yang dirawat oleh ibuku. Tapi, belum sampai aku diruang keluarga, aku melihat ayahku berada di sofa belakang piano, hanya kakinya yang terlihat, dan ternyata bukan kakinya saja, tapi kaki seorang wanita. Yaa, Kulihat ayahku sedang bercinta dengan seorang wanita yang memiliki tubuh sempurna dibalik piano. Dan dia adalah Mahiya. Pembantu rumah tangga baru keluarga kami."

Ansel finn duduk terpaku mendengar cerita Aruna, hingga nafas kedinginan karena udara saat itu tak terdengar, sunyi, suara aruna yang bercerita lirih pun seakan akan terdengar nyaring. 

"Aku merasa takut setelahnya, bahkan aku tidak berani mengatakannya pada ibuku, aku memilih diam di kamar, keesokan paginya aku tidak turut serta dalam kebiasaan sarapan pagi, aku berkata pada ibuku kalau aku merasa tidak enak badan dan butuh bangun lebih siang. Dan aku menyesal melakukan itu, karena itu hari terakhir aku bertemu ibuku, didepan pintu kamarku, 6 tahun yang lalu. 
Setelah kejadian siang itu, Ayahku tidak berbicara padaku, bahkan saat pagi dia tidak ikut mencariku kenapa aku tidak turun dari kamar untuk sarapan. Mahiya yang tiba-tiba mengetuk pintu kamarku, dan masuk tanpa meminta ijinku. Dia mendekatiku, dan berbicara kepadaku seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Dia berkata bahwa ayah memintanya menemaniku untuk ke universitas mengumpulkan berkas hari itu. Tidak satu kata pun yang bisa kuucapkan, untuk berdiri saja aku bagai kehilangan tulang, mengingat apa yang aku lihat siang itu. Hingga aku tidak sadar mahiya sudah mempersiapkan tas ransel besar untukku. Bahkan aku tidak sadar dan tidak bertanya untuk apa aku membawa barang sebanyak itu, padahal hanya ke universitas untuk mempersiapkan diriku sebagai mahasiswa baru.
Untuk mencapai universitas perlu waktu 3 jam dari tempat aku tinggal, memang rencananya aku akan tinggal di asrama dengan teman teman baruku. Tapi, bukan saat itu juga. 
Cara mahiya mengendarai mobil seperti sudah lama berada dirumahku, dan aku pergi tanpa berpamitan dengan ayahku, sepertinya dia juga memilih untuk tidak muncul dihadapanku saat itu.
Satu setengah jam dijalan, mahiya berbelok ke arah yang aku tidak tahu itu kemana, aku hanya diam saja karena aku masih marah tapi linglung. Aku hanya berpikir mungkin dia ada urusan sendiri. Setelah itu kita sampai disebuah stasiun tua, bahkan aku baru tahu bahwa ada stasiun di ujung kota. Stasiun kecil dengan dominan cat warna hijau dengan pilar pilar kecil dari kayu, mataku berjalan jalan, tapi aku tidak menemukan papan atau apapun yang bertuliskan nama stasiun itu. Mahiya memintaku mengikutinya. Entahlah, apa yang dia katakan aku selalu mengikutinya, hingga berhenti di peron nomor 2, karena sepertinya disitu hanya ada 2 peron.
 Kereta dengan gerbong yang tak terlihat ujungnya, mahiya menggandengku masuk ke gerbong warna merah, dan duduk di deretan kursi nomor 8 yang kurasa seempuk aku duduk di sofa kamar ibuku. Aku melihat keluar jendela, bertanya tanya stasiun macam apa kala itu, aku berpikir apakah ini jalan lain yang lebih cepat menuju ke universitas. Dan ketika aku menengok ke hadapan mahiya untuk bertanya, dia sudah tidak ada. Kereta sudah melaju."

"Aku menangis di dalam kereta, berpikir ingin melompat keluar gerbong, tapi kereta bagai melaju dengan sangat cepat sehingga tak lagi terlihat apa yang ada diluar. mahiya meninggalkan tas ransel bersamaku, ketika ku buka tampaknya dia sudah menyiapkan ini semua untuk aku pergi, membawakan aku banyak baju ganti, dan uang tunai didalam dompet, yang aku kira itu uang permainan monopoli karena aku baru mengenal rupanya. 
Aku meraih telepon genggamku, tapi layar tidak menunjukkan ada sinyal disitu.
Aku menangis dan meminta tolong orang orang yang ada di gerbong, tetapi hanya sedikit orang disitu dan merekapun tidak banyak berkata, hanya bisa menatap seakan sedang tidak terjadi apa-apa. 
Aku merasa bagai roh tak terlihat yang sedang terjebak di alam lain.
Hingga akhirnya kereta berhenti di stasiun pertama. Melihat orang-orang di gerbong turun di stasiun itu, akupun ikut turun.  Berharap  bisa kembali ke stasiun dimana mahiya meninggalkanku.


Bersambung...







"pesan waktu"

Jika kamu mengingat kala itu tentang pesan waktu,
Itu bukan tentang seberapa banyak sisa waktumu tinggal,
Bukan tentang berapa banyak waktu yang sudah kamu buang percuma,
Bukan tentang berapa lama pertemuan atau perpisahan, 
Bukan tentang waktu yang sedang kamu lalui,
Itu semua tentang waktu yang sudah kamu tentukan dulu, 
yang sudah kamu rencanakan bahkan jauh sebelum kamu memutuskan untuk menjadi manusia.
Apakah kamu sudah menemukan peta waktumu itu, atau mungkin kamu terlalu dalam tidak sadar, membuatmu harus membayar rencana waktumu itu. 
Lain waktu.






Monica Dee

Rabu, 25 Desember 2019

Down in my heart to stay

Banyak teman teman disekelilingku yang kadangkala menyisipkan sebuah pertanyaan disela sela sebuah cerita.
Tentang sebuah cobaan hidup, apa yg harus dilakukan hari esok, apakah bisa bahagia, apa wajar merasa takut, apa hal yang membuat bahagia, hal apa yang terasa begitu menyenangkan.
Sejujurnya aku tidak tahu harus menjawab apa, kadangkala aku harus balik bertanya.
Tapi ,tiba tiba semua itu mengingatkanku pada lagu sekolah minggu saat aku kecil dulu. Kalau tidak salah lagu tentang joy down in my heart.
Aku jadi berpikir, kebahagiaan bukanlah suatu perasaan. Kebahagiaan adalah sebuah pengakuan. Dunia seringkali membuat kacau antara kesenangan dan kebahagiaan. Kesenangan tergantung situasi disekitar, sedangkan kebahagiaan tidak. Kita sering dihadapkan dengan berbagai bentuk cobaan dan penderitaan yang merampas kesenangan kita ,yang membuat kita tidak senang akan itu, pada akhirnya kita tidak bisa mengendalikan kesenangan karena keadaan. Tapi cobaan tidak bisa merampas kebahagiaan.
Kebahagiaan ada secara alami seperti halnya musim hadir.
Kita memiliki pilihan untuk dapat menyimpan sinar kebahagiaan. Kita bisa menyalakan itu saat merasa gelap dan saat terasa dingin, agar kita selalu menjadi hangat. Dan terang hangatnya kebahagiaan akan menular, turut mengalir untuk kehidupan disekelilingmu.

Pertanyaan berikutnya.
Semudah itukah kita bisa menghadapi cobaan?
Lagi lagi aku tak tahu harus menjawab apa. Bahkan aku sendiri terkadang takut untuk menghadapi.
Tapi aku masih begitu percaya tentang pelangi sehabis hujan, dan selama malam akan berganti fajar.
Gelap tak akan selamanya, terang akan segera tiba.
Aku teringat dengan sepenggal tulisan tentang "keanggunan" . Keanggunan yg menopang kita untuk tetap berdiri diatas batu kita sendiri, ketika disekitar kita adalah pasir hisap.
Kita hidup bukan karena tanpa alasan, aku yakin kita hidup karena sudah terpilih untuk sebuah alasan.
Terbentuk untuk menjadi diri kita sendiri dengan gambaran yang baik, tanpa topeng yang penuh kepura puraan.
Terdengar begitu sempurna bukan?
Entahlah, mungkin tugas kita untuk mencari percikan kebahagiaan yang tersebar dimana mana.
Aku mengutip kata kata John avanzini sebagai penutup "Hanya orang yang dapat melihat yang tidak kelihatan yang mampu melakukan yang tidak mungkin"

Entahlah, mungkin kita bisa berpikir bersama sama tentang itu.





Rabu, 23 Oktober 2019


I don't know where to start, from where i start to crawling, or when im already walking.
Im sure every human being has their distress. Like me.
Right now, i feel like im at the point where im at the top of a mountain peak.
Not an achievement, but i ran so far from the bottom of the mainland.
If i am asked about a choice, may i choose not to be born. You could just talk about me so stupid or not grateful. That thought is not wrong but its not necessarily true for me.
If im given a choice, maybe i choose to always be given a choice, and become an adult with such a beautiful process. But unfortunately, can't choose. Usually live and do your best.
But, may i feel down, even in things that you think are ordinary.
I grew up in a loving  and perfect family, people were so jealous and wanted that all.
But, may i disprove when i get discrimination from the people closest to me. Give me a certain label until i become this. And i thought all of that was over . But apparently not yet. It all continues to this time, the same label for me, and it hasn't changed until now.
Even though the others are fine, what's still wrong i feel worse. A small thing for you might, but not for me.
The label that made me unable to accept myself until now, which makes me fall sometimes.
It is not a matter of being grateful or no self-awareness. Its about being crushed inside me slowly without time to realize.
If you say im lying, you're not wrong. Its about a point of view. And a point of view doesn't always need justification .
The fact is, not all the facts that you face need a recognition and a justification from those around you, right?
Cause others don't necessarily have the same a point of view.
So, never discriminate against anyone. Never judge and bullying someone if you only know a part of people life story.
Maybe what you say is just ordinary. But it can kill everything inside .

Minggu, 20 Oktober 2019

Jenuh

Berbicara pada sekotak jam dinding tua di ujung ruang,
Perbincangan menjadi begitu membosankan, terdengar sedikit menyedihkan
Ternyata, ini rasanya berpura pura sedang bernafas,
Pada kenyataannya selama ini tidak punya sehela nafas.
Memainkan jarum jam agar terlihat terlambat atau sedang terburu buru, agar tak terlalu biasa biasa saja.
Atau membunyikan lonceng sebelum jarum detik tepat pada tempatnya, karena terlalu jenuh menjalani waktu sebelumnya.
Seakan akan menghirup segenggam udara, meskipun udara mungkin saja sirna.
Dan meringkuk diujung ruangan bersama sekotak jam dinding tua.

Senin, 09 September 2019

Di ujung senja

Senjaku melesat begitu saja
Baru sedetik mataku menikmati
Membawa angin memekik telinga
Mencuri asa yang kubawa

Kuingat senja bersenandung
Menggemakan lagu tanpa bahasa
Tapi aku selalu terpana
Dan terjerat bersama malam

Lalu bertanya tanya
Kala malam tak kunjung berganti
Saat fajar selalu ingin berakhir

Rona hangatnya menuju dingin
Aroma semesta dengan semburan udara tak terbatas melintas,
Membuatku selalu jatuh dalam senja.



_Monica dee


Kamis, 08 Agustus 2019

Inside

Meski harus kehilangan banyak makna,
Badai tak kan setiap waktu, 
Ia akan lelah suatu waktu. 
Jiwamu akan begitu indah, 
Rohmu akan bersinar, 
Seperti pelangi diujung jurang gunung,
Ia tak akan pernah padam, 
Hanya malam yang mengistirahatkan,
Tapi tak pernah benar benar terlelap.
Jiwamu akan tetap tinggal disitu ,
Rohmu akan menghiasi waktu,
Tak akan pernah ada arus yang mampu menyeretmu.
Bukan karena kamu sekuat dinding tebing,
Tapi karena apa yang sebenarnya kamu miliki jauh didalam dirimu sendiri. 

Selasa, 06 Agustus 2019

Faith

Tuhan berikan tak akan cepat cepat,
Juga tak akan datang terlambat.
Semua tepat pada waktunya.
Seperti halnya matahari terbit dan terbenam,
Semua sudah Tuhan rencanakan.
Ajari aku bersabar menanti waktumu Tuhan,
saat aku merasa doaku tak terjawab, dan aku kehilangan harapan.
Ada waktunya menabur, ada waktunya menuai.
Buat aku selalu bersabar,
Untuk menanti waktu Tuhan.

Selasa, 30 Juli 2019

Jawaban dari sekian banyak pertanyaan

Seorang sering kali bertanya, kala aku sedang menengguk minumanku, atau sedang duduk sambil memandang ke sisi kiri jendela.

"Apa yang akan kamu lakukan setelah ini selesai, tanpa teman temanmu yang menemanimu selama ini?

Apa kamu merindukan mereka?

Bagaimana dengan kamu dan teman temanmu yg selalu bersama lalu sekarang terpisahkan?

Apa kamu bisa melewati hari tanpa mereka? "

Aku menaikkan bahuku bagai acuh.
Padahal butuh waktu begitu lama aku berpikir. Dan pertanyaan itu selalu membuatku terhenyak.
Lalu apa arti selama ini?
Akan jadi apa?
Apa hanya akan menjadi kenangan begitu saja?

Setelah satu fase dalam hidup itu selesai, seringkali kita berjalan menuju fase yang berikutnya tanpa menoleh kembali kebelakang. Dengan melupakan berbagai jalan yang berliku dan curam yang telah mendewasakan kita di fase sebelumnya.

Yang bisa kulakukan sekarang mungkin hanyalah menggegam apa yang aku miliki sekarang, dan mengapresiasi keberadaan mereka selama ini.

Pada kenyataannya,  mau tidak mau,  suka tidak suka,  hidup manusia selalu ada datang dan pergi. Dulu yang sedekat nadi bisa jadi sejauh matahari.

Lalu,  mau jadi apa?

Entahlah,
Sejujurnya aku tidak tahu.

Yang aku tahu, aku begitu bersyukur,
Atas kehadiran mereka yang telah memberi warna dalam hidupku.

Sabtu, 13 Juli 2019

Secret Admirer (4)

"Dear,  Steven Raff ...
Sudahkah kau bangun pagi ini? 
Ini memang masih terlalu pagi untuk harus bangun. Bahkan matahari saja belum bangun dari tidurnya.  Tapi asal kau tahu, bahwa hari ini adalah hari istimewa bagiku dan bagai puluhan tahun aku menunggu hari ini tiba.  Ohh Raff, Kau tahu rasanya seperti apa? Aku terlalu bersemangat untuk pertemuan siang nanti. Jantungku bagai melakukan treadmill semalaman, tentu saja itu membuatku tidak bisa tidur dan menulis pesan untukmu di pagi buta seperti ini. Ini menyebalkan bukan?
Baiklah raff,  tampaknya aku akan mempersiapkan diri dari sekarang. Sampai jumpa nanti raff. Aku sungguh tak mampu berkata kata lagi.

Aku yang akan menghampiri saat kau duduk di kursi waktu makan siang,
Cello. "


12.55
Aku berdiri didepan sebuah bangunan yang terlihat begitu klasik. Selalu membuatku ingin kembali pada salah satu negara di bagian utara benua afrika. Bangunan dengan 2 kubah kecil diatasnya. Warnanya menyerupai tembaga dengan banyak ornamen disetiap sudutnya. Aku memasuki pintu besar kayu yang berukir, seperti memasuki sebuah kerajaan dengan sentuhan modern. Mataku meraba raba, mencari sebuah pilar di sudut ruangan tapi aku belum menemukan,  yang kutemukan adalah ruangan luas tanpa sekat dengan warna tembok seperti laut mediterania,  dengan kursi menyerupai sofa yang berjejer rapi dan meja kaca dengan list warna jingga. Aku berjalan masuk melewati lorong tanpa pintu, di sisi kanan kiri banyak sekali hiasan dengan pola mozaik, dan mataku tertuju dengan cermin besar dengan batu biru saphire yang menghiasi sekelilingnya. Lalu aku berdiri disebuah ruangan dengan sekat taman, ruangan yang terasa hangat sesuai dengan warnanya yang menyerupai gurun sahara.
Diujung ruangan, seorang laki laki sudah duduk dekat dengan pilar warna kuning keemasan, dan aku masih berdiri di sisi sebelah cermin,  memandang rambutnya yang tipis dan ikal berwarna cokelat,  dan matanya yang menyorot membuatku bingung antara warna cokelat atau abu abu, yang pasti warna matanya terang. Dia memakai kemeja panjang warna merah maroon dan tersenyum melambai kepadaku. Aku begitu terpana melihatnya,  seseorang yang selama ini menemaniku seperti hanya dunia mimpi,  dan kini ada didepan mataku,  hingga aku terlambat menyadari bahwa dia tidak duduk di kursi ukir kayu warna coklat tua yang seharusnya dia duduki. Aku berjalan dengan begitu tegang untuk duduk di hadapannya, dan benar tentang apa yang terlambat aku sadari, Steven Raff yang kini didepanku,  dia duduk di kursi roda. Mulutku seperti terbungkam,  aku tak mampu mengucap satu katapun.

"hai cello,  ini aku Raff. Terima kasih sudah datang tepat waktu. Dannn... Kau terlihat begitu cantik dengan gaun violet itu. Aku sudah memesankan untukmu secangkir mint tea dan sup yang katanya terkenal disini."

Aku begitu bodohnya sampai masih tak mampu berbicara,  bahkan saat raff menyodorkanku secangkir mint tea. Aku hanya bisa memandangnya dan terpaku.

"hai cello, apa yang kau lihat?  Aku berharap kau akan datang dengan banyak berbicara seperti saat kau mengirim surel padaku. Mmm,  aku yakin kau sedang terpana kenapa aku duduk disini bukan?  Sangat sayang sekali, itu kenapa aku memintamu untuk pergi ke pesta kampusmu dengan teman laki lakimu yang lain."

"hai Raff,  maaf begitu bodohnya sampai aku tak menyapamu padahal kau sudah mau datang bertemu denganku. Dan aku tahu kau penulis terkenal dengan sejuta kesibukan. Aku hanya sedikit terkejut ketika melihatmu tidak duduk sama seperti kursi yang aku duduki. Apa aku salah bicara raff? Maaf seharusnya kita bercerita tentang hal menyenangkan atau basa basi soal bukumu mungkin. Karena kita baru saja bertemu."

Aku berbicara tak beraturan, tersenyum malu,  dan Raff tertawa kecil.

"aku ingin meyakinkanmu,  bahwa kau tidak gila,  dan aku benar ada. Setelah ini kita bisa mengambil foto berdua,  dan kau bisa tunjukkan pada vanessa bahwa dia sudah salah sangka. Kau tak perlu sungkan,  aku akan menjawab sebelum kau bertanya. "

Dia masih sambil tertawa,  dan aku memandangnya seperti sebuah patung.

"maaf cello,  jika aku menemuimu tidak sesuai dengan apa yang kau pikirkan. Aku menjadi penulis 6 tahun yang lalu,  setelah aku kehilangan keseimbanganku karena aku mendapatkan hadiah dalam bentuk multiple sclerosis ini, tepat dimana aku  harus mengikuti perlombaan lari di norwich satu minggu setelah aku tak bisa lagi menopang tubuhku sendiri. Tapi aku menemukan banyak sekali keajaiban setelah itu. Termasuk bertemu dengan wanita sepertimu. Terima kasih cello untuk waktunya,  apapun yang akan kau lakukan setelah ini padaku, saat ini sudah lebih dari cukup untukku. Bukankah pernah kukatakan, bahwa bukan kau yang mengagumiku,  tapi aku yang sebenarnya mengagumimu."

Keteganganku mulai hilang perlahan. Aku terkejut, aku menolak,  tapi aku menerima.
Aku menghela nafas panjang, mulai menengguk perlahan secangkir mint tea yang sudah raff bantu sajikan untukku. Aku mulai membuka pembicaraan dengan raff. Menghabiskan waktu siang ini dengan penulis pujaanku, sambil mengobati rindu akan suasana maroko. Bagaimana dengan hari esok?  Tentang aku dan raff?  Siapa yang tahu. Ini waktu yang terlalu singkat untuk memutuskan.



Bernafaslah perlahan sambil menutup mata, ini terasa begitu indah dan tenang.



-Monica Dee-

Kamis, 11 Juli 2019

Secret Admirer (3)

"berlarilah dengan kencang, meskipun kau harus jatuh tersungkur,  tapi kau harus tetap berlari. Berjalanlah ketika nafasmu mulai terengah engah, tetapi janganlah pernah berhenti untuk melangkah. Teruslah berjalan meski kau mulai merasa tulangmu terkikis oleh asamnya waktu, dengan begitu kegigihan akan menopangmu, membawamu pada sepercik kebahagiaan yang tak terkira saat hatimu menerima.
Bercerminlah, katakan bahwa dirimu begitu berharga dan bahagia, Kau diciptakan bukan semata mata hanya untuk bernafas saja. Bukan berarti selesai ketika kau kalah dalam satu kali pertempuran. Dan tidak berakhir begitu saja ketika kau menang dalam banyak peperanganmu. Ketika kau sudah menemukan sepercik kebahagiaanmu, simpanlah selalu dalam sorotan matamu dan jaga dalam hatimu,  maka kebahagiaanmu akan menyerupai api unggun,  yang membara menebar kehangatan bagi orang orang disekitarmu. Jangan menyerah, maka kau akan mendapatkan hadiah. "


"Dear,  Steven Raff ...
Apa kabarmu hari ini? Apa kau sedang sibuk berkeliling mencari orang yang akan bersaksi tentang keajaiban hidupnya untuk kembali kau ceritakan pada buku bukumu selanjutnya? 
Apa aku sudah bercerita denganmu, tentang acara pesta di kampusku 2 minggu mendatang?  Kau tahu,  bahwa Ini kabar buruk bagiku,  karena aku selalu bermimpi datang ke pesta itu dengan laki laki idamanku. Dia yang akan menggandeng tanganku sambil sesekali mengusap jemariku yang beraroma vanilla, aku yang akan memakai midi dress satin dengan sedikit sentuhan manik manik mengelilingi lingkar pinggangku, dan dia yang akan menopang tubuhku karena aku tak pandai berdansa sedangkan aku ingin sekali berdansa, pasti itu akan sempurna sekali bukan? 
Oh raff,  aku begitu sedih ketika aku sadar sudah begitu lama bermimpi tentang laki laki idamanku, dan bermimpi kau laki laki itu,  yang akan menggandengku dan berdansa bersamaku pada malam pesta mendatang.
Sebenarnya,  aku ingin menagih janjimu raff. Karena aku sudah menyelesaikan membaca bukumu hingga lembar terakhir,  bukumu yang bersampul hijau seperti daun yang layu, dengan penutup kisah tentang seorang anak bernama berthy yang lahir dan dibesarkan disebuah peternakan kecil di ujung kota darwin. Rasanya telingaku ikut berdenging membayangkan berthy yang harus mendengar suara senapan berburu ayahnya untuk membunuh ibunya sendiri. Lalu kau menutup cerita itu dengan sepenggal kata kata indahmu.
Raff,  kau benar ada disitu bukan? Aku begitu takut kehilanganmu, meski aku tahu sebenarnya kau belum tentu ada.

Yang semakin kesulitan bernafas
Cello. ""


"Dear,  Cello...
Hari ini aku sedang tersenyum membaca pesanmu,  terima kasih dan senang mendengarmu sudah selesai membaca bukuku. kau begitu menggemaskan. Aku yakin, banyak teman laki lakimu yang menunggu jawabanmu untuk mau menjadi pasangan di malam pesta dengan salah satu dari mereka, kau gadis cantik dan tampaknya tak perlu kau menungguku.
Jika kau masih memaksa bertemu denganku dalam waktu dekat ini, baiklah, tapi berjanjilah untuk pergi ke malam pesta dengan salah satu teman laki lakimu ,meski tak seindah dengan harapanmu. Karena tak ada yang lebih indah dari pikiran baikmu sendiri.
Kita bertemu lusa , hari selasa jam 13.00 saat makan siang di casablanca. Aku akan datang mendahuluimu,  duduk di ruang belakang dengan pilar disisi kiriku. Sampai jumpa lusa gadis pemaksa.

Aku yang akan mengatur waktu agar terasa lambat,
Raff. ""





Bersambung .. 

Selasa, 09 Juli 2019

Matahariku yang tiba tiba bersinar abu abu,
Disetiap detik aku menatap kedepan menjadi kelabu, 
Mana kaki kiriku, mana kaki kananku, 
Langkahku terseok ke tempat yang ingin kutuju,
Jangan ubah langit yang sudah membiru, 
Berhenti menatapku seakan sedang berburu,
Berikan saja dukamu padaku, 
Tapi jangan biarkan aku terperosok dalam jurang angkara murkamu.




-Monica dee

Minggu, 23 Juni 2019

Secret Admirer (2)

"Lihatlah,  bahwa kamu sudah dipersenjatai dengan lengkap untuk berperang melawan hidupmu sendiri. Berperanglah dengan senyum diwajahmu,  dan nyanyian di hatimu, sekalipun kamu harus berperang dengan rasa kesulitan untuk menebar cinta dan kasih disekitarmu. Kamu sudah dibekali dengan obor dan keberanian untuk siap berlari dalam arena perlombaanmu.
Keberanianmu lah yang akan menebarkan banyak cinta dan kebaikan,  dengan keberanian kamu akan berlari kencang untuk mencapai piala emas dan menggapai kemenanganmu. Dengan keberanian kamu tak akan pulang dengan hati dan tangan kosong saat kalah dalam pertempuranmu."


"Dear,  Steven Raff...
Hari ini aku melanjutkan membaca bukumu, saat aku harus menunggu dosen pembimbingku di ruang tunggu bersama vanessa. Apakah kau tau raff, Vanessa sudah menyebutku gila saat aku mulai bercerita kembali tentangmu, dan dia berkata bahwa kau sebenarnya tak ada.
Dibukumu halaman 30 kau menulis kisah tentang keberanian lucy seorang anak usia 8 tahun melawan hidupnya yang sudah tidak memiliki harapan,  lalu dia bisa menjadi seorang atlet lari diusianya ke 19 dengan banyak kemenangan yang dicapai.
Lalu kau menulis bagaimana keberanian hadir,  dan menjadi ujung tombak dalam segala pertempuran hidup yang kita hadapi.
Aku menjadi bertanya tanya Raff,  apakah kau sendiri memiliki keberanian itu?
Keberanian yang telah kau gelegarkan lewat tulisanmu. Bagaimana dengan keberanian untuk bertemu denganku raff?
Aku rasa ini akan menjadi sebuah peperangan untukmu sendiri.
Padahal,  aku siap berperang bersamamu raff.

"Aku,  yang semoga saja tidak gila,
Cello.""


"Dear,  Cello...
Sampaikan salamku pada Vanessa,  sekalipun ia menganggapku hanya bayang bayang hantu saja. Sampaikan terima kasih juga padanya, karna sudah menemanimu di hari-harimu sebelum aku ada.
Vanessa benar benar seorang teman yang menghibur bukan?
Tentang kisah Lucy,  dan keberanian,
Rasanya aku memikili keberanian dua ratus persen cello, apa mau kubagikan  seratus persen sisanya untukmu? Ini terlalu banyak bagiku.
Kau harus membaca bukuku hingga lembar terakhir,  setelah itu akan kumasukkan kau ke dalam daftar orang yang akan kutemui. Dan untukmu gadis yang kekurangan rasa sabar, kau harus bersiap siap sepenuhnya untuk semua ini.

"yang penuh dengan keberanian,
Raff. ""






Bersambung.....
I PINK YOU